Jumat, 21 Mei 2010

Salah Diagnostik TB Pada Pasien HIV Bisa Berakibat Fatal

Comments

Vera Farah Bararah - detikHealth

Sn Francisco, Beberapa orang seringkali didiagnosis salah mengenai tuberkulosis (TB palsu). Tapi hal ini bisa menjadi sangat fatal jika terjadi pada pasien yang terinfeksi HIV, karena berisiko kematian.

Sebuah studi baru yang dilakukan oleh peneliti dari University of California, San Francisco dan Makerere University, Kampala, menunjukkan bahwa pasien terinfeksi HIV yang salah didiagnosis tuberkulosis memiliki tingkat kematian yang tinggi dibandingkan dengan orang yang memiliki diagnosis benar.

Diagnosis tuberkulosis pada pasien HIV khususnya menjadi hal yang penting karena meningkatkan kerentanan terhadap penyakit dan salah satu tes yang bisa dilakukan adalah melakukan uji dahak untuk mengungkapkan hasilnya.

"Di antara orang yang terinfeksi HIV dan mendapatkan diagnosis yang salah mengenai tuberkulosis memiliki risiko yang lebih fatal karena meningkatkan risiko kematiannya," ujar ketua studi Robert Blount dari UCSF School of Medicine, seperti dikutip dari Medicalnewstoday, Jumat (21/5/2010).

Dalam studi ini Dr Blount dan rekannya mengevaluasi hasil dari 600 pasien terinfeksi HIV yang dirawat di Mulago Hospital, Kampala, Uganda termasuk pasien yang salah didiagnosis dengan tuberkulosis.

Tuberkulosis masih menjadi penyebab umum penyakit paru di seluruh dunia dan pasien yang terinfeksi HIV sangat rentan terhadap tuberkulosis.

Karenanya diagnosis penyakit ini menjadi tantangan tersendiri bagi para ahli. Dokter dan peneliti telah lama memahami bahwa salah diagnosis tuberkulosis bisa mengakibatkan hasil yang buruk dan meningkatkan risiko kematian. Meskipun hubungan pastinya belum dipahami secara luas, tapi ada kemungkinan karena menurunnya sistem kekebalan tubuh orang tersebut.

Dr Blount menuturkan hasil yang lebih buruk didapatkan karena tidak tepatnya perawatan yang diterima oleh pasien akibat salah diagnosa, hal ini menyebabkan kondisi yang mendasari penyakit tersebut tetap tidak terobati karena pengobatan untuk tuberkulosis harus berdasarkan penyakit yang mendasarinya.

"Sebaiknya dokter harus terus memantau pasiennya yang telah didiagnosis memiliki tuberkulosis, hal ini untuk memastikan apakah perawatan yang diberikan sudah bekerja atau dan belum serta untuk menilai kembali diagnosis jika pasien tidak menunjukkan perbaikan," ungkap Dr Blount.

Penelitian lebih lanjut harus difokuskan pada pengembangan tes diagnostik tuberkulosis yang lebih sensitif dan spesifik, sehingga mengurangi risiko kesalahan diagnostik atau hasil palsu. Hasil penelitian ini akan dipresentasikan dalam konferensi internasional ATS 2010 di New Orleans, Amerika Serikat.

sumber
Prev Prev Home